tapak-tapak yang berserak dari jalinan rasa dan karsa dalam menghasilkan sebuah karya

Jumat, 22 Oktober 2010

Mengurus Pajak Reklame ?? Ohhh .... No !

Semenjak perusahaan kami mulai banyak mengerjakan media-media promosi luar ruang, maka "mau-tak-mau" kamipun harus mulai juga mengurus Pajak Reklamenya agar media-media promosi tersebut, contohnya : billboard, sign board, neon box, dsb, secara legal formal dapat terpasang ditempat yang benar dan diidam-idamkan oleh klien.

Dari segi pendapatan perusahaan, maka pekerjaan pengurusan pajak dan perijinan reklame sebenarnya dapat mendatangkan income yang lumayan. Biasanya untuk pajak dan perijinan reklame di jalan-jalan utama akan menghabiskan biaya puluhan juta rupiah, jika 10 % - nya saja (minimal) kita anggarkan sebagai biaya jasa, maka jutaan rupiah dapat menjadi sebuah pendapatan yang menjanjikan.
Walau demikian, jika boleh memilih, maka biasanya kita menghindari produksi media-media promosi itu plus pengurusan ijin dan pajaknya. Lho mengapa demikian ? Kok malah lari dari income yang cukup menggiurkan itu ? Apakah merasa sudah cukup sehingga merasa tidak perlu lagi ? Bukan saudara-saudara. 

Ada 3 alasan yang mendasari kami sehingga sebetulnya kami malas mengerjakan itu (tetapi berkali-kali akhirnya situasi dan kondisi memaksa kami untuk selalu melakukannya), yaitu :
  1. Pekerjaan yang sangat terasa nuansa KKN-nya, untuk mendapatkan Surat Ijin Pemasangan Reklame (SIPR) dan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) untuk reklame yang akan kita pasang maka kita harus mengurus banyak sekali Surat-Surat Perijinan, dan surat-surat tersebut harus kita lampirkan saat kita hendak mengurus SIPR tersebut. Diantaranya adalah surat dari Dinas PU , Dinas Perhubungan, Dinas Lingkungan Hidup (AMDAL), dll (dapat dilihat pada Perda Kota Bandung No. 02/3007). Ribet khan ? Tetapi seperti biasanya tidak ada yang sulit di negeri ini, asal ada uang. Dan karena banyak sekali proses yang akan di by-pass maka uang yang dibutuhkan lumayan besar sekali. Dari pengalaman kami untuk mengurus perijinan dan Pajak  1 tahun sebuah neon box ukuran 1 x 2 meter di kawasan jalan utama kota Bandung akan dibutuhkan biaya (yang diminta oknum tertentu) sekitar Rp. 15.000.000,00, sementara SKPD yang kami terima (setelah pengurusan itu) hanya Rp. 1.200.000,00 untuk satu tahun. Bayangkan, berapa ribu persen harus disediakan oleh klien untuk nilai Pajak yang sesungguhnya itu.
  2. Pekerjaan yang mengundang kecurigaan klien, pada beberapa kasus dimana klien untuk pertama kalinya meminta kami mengurus hal tersebut untuk reklame yang mereka inginkan, maka penggelembungan nilai pengurusan dibandingkan nilai asli pajak tersebut, menjadi sesuatu yang mengundang kecurigaan sekaligus menjadi duri yang sangat tajam dalam hal relasi kami dengan klien. Ada beberapa yang memandang kami-lah yang menggelembungkan nilai tersebut, sehingga kamilah yang dipandang licik dan mengada-ada. Apalagi kami tidak dapat menunjukkan bukti pembayaran apapun kepada klien (yang berkenaan dengan pengurusan itu), karena kamipun tidak dapat meminta bukti apapun kepada oknum yang membantu kami. Hanya selembar SKPD yang nilainya tidak seberapa itu, lain tidak !
  3. Pekerjaan yang kurang kepastian hukumnya, lho kenapa demikian ? Padahal inti dari pekerjaan ini adalah kita berusaha mendapat kepastian hukum dari sebuah reklame yang kita pasang, tetapi kok malah jadi kurang kepastian hukumnya. Inilah pengalaman kami : Suatu kali kami pernah mendapat pekerjaan produksi beberapa puluh spanduk dan pemasangannya. Dengan melalui perantaraan oknum tertentu, kamipun mengurus ijin dan pajaknya. Seperti biasanya jika ijin pemasangan dan pajaknya telah diurus maka spanduk-spanduk tersebut akan distempel dan ditanda tangani oleh pejabat yang berwenang. Setelah proses tsb lengkap, maka tibalah kami memasang- puluhan spanduk-spanduk itu diseantero kota, dan karena mencari kenyamanan maka kami mengerjakannya mulai malam hari hingga pagi menjelang. Beres. Tetapi apa yang terjadi keesokan harinya, hampir sebagian besar spanduk yang kami pasang itu raib dari tempatnya. Dan ternyata spanduk-spanduk kami tsb diambil oleh instansi terkait, dengan alasan ijinnya tidak melalui koordinasi dengan instansi tersebut. Akhirnya karena kami dipandang tidak selesai mengerjakan pekerjaan kami tersebut, maka klien menolak untuk membayar pekerjaan tersebut, dan tinggalah kami lintang pukang mengurus masalah tersebut (yang sampai hari inipun tidak ada penyelesaiannya sama sekali !)






Itulah 3 hal yang mendasari kami untuk "sedikit antipati" pada sebuah pekerjaan yang bernama Pengurusan Perijinan dan Pajak Reklame, tetapi karena kami sedikit banyak memang ada di bisnis ini maka seringkali kami terpaksa mengerjakan pekerjaan tersebut walau kadang-kadang dibarengi dengan perasaan was-was, takut, benci, pengen marah, dan sebagainya. Oleh karena itu jasa seorang oknum tetap kami pelihara, walaupun kami tahu bahwa tindakan kami inilah yang sebenarnya makin membuat carut marut dunia pengurusan perijinan di negara kita ini, tetapi bayangkan kalau kita harus mengurus sendiri semua masalah itu. Akankah kita dapat menyelesaikannya dalam waktu cepat ? Akankah kita dapat mengurusnya dengan mudah ? Atau malah barangkali akankah dapat kita mengerjakannya sendiri ?
Wallahualam ... 
Salam sejahtera selalu dan tetap berpikiran merdeka !


Minggu, 17 Oktober 2010

Kupas Puisi : My Illuminated Discussion

dalam remang cahaya bertukar kata
terjemahkan gambar yang terpatri dalam kepala
posisikan letak agar indah terasa nyata

dalam remang cahaya tunjukkan arti
merekayasa jati diri
lalu terbang mengitari malam mencari lokasi

dalam remang cahaya pastikan tanggungjawab
walau mulut terus menguap
takkan menyerah sebelum menancap ! 

 (Dibuat oleh Mahdie Quintana di dalam blognya http://mahdiequintana.blogspot.com 8 Juni 2010)

Puisi yang dibuat saat malam hari (dimana waktu yang dirasa paling cocok untuk bekerja), dimana kami semua sedang terlibat diskusi panjang tentang visual yang akan tercantum dalam sign pole (neon box) yang dihasilkan di workshop kami. Segala debat panjang dan diskusi malam itu, pasti dan tidak lain, adalah sebagai salah satu cara dan usaha kami untuk lebih meningkatkan customer satisfaction (dalam hal ini BNI) karena itulah cara terbaik menurut kami, yang harapannya dapat lebih meningkatkan order pekerjaan kami ,terutama dari customer ybs, sehingga harapannya pula pundi-pundi seluruh clidders dapat terisi penuh pula he...he...

Jadi walaupun mungkin sudah terkantuk-kantuk, karena sudah bekerja dari pagi hingga malam menjelang subuh, kami tidak akan menyerah sebelum media yang kami buat itu dapat terpasang dengan baik, di tempat yang baik, sehingga hasilnyapun baik untuk kita semua.Semoga !

Sabtu, 16 Oktober 2010

Cerita Dibalik Proyek Dekorasi Display Lebaran 2010 Kantor Pusat Telkom

Sedikit mau berbagi cerita dibalik pekerjaan ini :

Setelah sekitar 11 hari Ramadhan sedang berjalan, di tengah siang yang mendung-cerah-mendung nggak menentu dan diantara pekerjaan rutin yang sedang kami kerjakan, tiba-tiba telepon berdering dan ternyata dari salah seorang staf Telkom yang meminta kami untuk membuatkan konsep "yang lain daripada sebelumnya" untuk dekorasi Display Lebaran di lobby Kantor Pusat Telkom di Japati, Bandung. Konsep design diminta untuk di tunjukkan kepada atasan beliau, besok pagi. 
Bayangkan kita harus mengkonsep sesuatu yang baru dan dapat dipertanggungjawabkan dalam waktu kurang dari 24 jam ck...ck...ck, sebagai gambaran untuk tahun-tahun yang lalu (4 kali berturut-turut) konsepnya adalah padang pasir dengan atribut utama adalah binatang unta yang terbuat dari styrofoam.

Dalam suasana penuh tekanan karena kebetulan ada pekerjaan yang harus kami selesaikan dalam waktu cepat pula, maka segera kami putar otak. Ambil kopi ... ambil kue ... (karena kebetulan penulis nggak merokok) ... cari tempat ... dan ngelamun. 
Setelah ngelamun kurang lebih satu jam sambil dengerin musik-musik koleksi yang ada di folder MP3 workshop yang hampir 40 Gyga itu, tiba-tiba lagu berpindah ke lagu degung sunda (karena mode shuffle) dan srettttttttt...seketika ide jatuh dari langit-langit yang rada kotor akibat asap rokok teman-teman sekantor.

Setelah sedikit matang di kepala, rekan-rekan kita kumpulkan dan akhirnya didapatlah sebuah tema untuk dekorasi itu adalah "Suasana Lebaran di Sebuah Surau Kecil Tepi Sawah dan Jalan Desa" dan langsung kami gambar 3 dimensi dgn memakai program Archicad di combine dengan Adobe Photoshop sehingga keluarlah gambar konsep design kami sebagai berikut :


Dan setelah konsep tersebut kami ajukan keesokan harinya, kemudian dipelajari oleh team dari Telkom, kemudian di acc oleh petinggi yang berwenang, maka keesokan harinya lagi segera kami mendapat perintah untuk segera mengeksekusi design kami tersebut. Hah ??
Dan kami hanya diberi waktu 4 hari untuk mengerjakannya. Hahhhh ?? Pilihannya : take it or leave it. 

Pilihan yang berat sekaligus kembali menjadi tekanan untuk kami, tetapi percuma dong kami membuat tag line di workshop kami : how long that you can finish your creation in rush hour atau malah jangan-jangan tag-line inilah yang membuat pekerjaan-pekerjaan yang bersifat "rusuh" sering mampir di workshop kami ha...ha...ha !
Hanya dengan sedikit perbaikan pada konsep plus tawar-menawar (yang kami nilai sih hanya basa-basi), maka pulanglah kami dari Telkom menuju workshop dengan hati yang H2C alias harap-harap cemas.

Segera kita kumpulkan rekan-rekan, kita kupas konsep design ini secara lebih teknikal (karena konsep ini memiliki tampilan setengah 3 DImensi, dan setengah lagi 2 Dimensi berupa backdrop yang menempel di dinding). Setelah berdebat, berargumen dan saling tarik urat sambil diseling makan malam mie dan nasi goreng si Juri akhirnya dicapailah kesepakatan untuk teknik pembuatan yang murah dan cepat, dan paling penting yaitu mudah dalam hal instalment di lokasinya.

First thing in the morning esok harinya, kita sudah langsung memulai proyek ini. Berhubung sedang ada juga pekerjaan pembuatan rumah Bambu maka bahan baku bambu dan perlengkapan lainnya kita over dari proyek tersebut. Riuh sekali keadaan workshop, karena pekerjaan yang terbagi-bagi jenisnya, seperti : pekerjaan besi (las & cat), pekerjaan bambu (pembuatan saung & pancuran) serta pekerjaan printing (untuk backdrop) semuanya dikerjakan dalam waktu yang bersamaan di tempat yang sama sekali jauh dari luas itu.

Akibatnya pekerjaan harus digilir dan berakibat waktu kerja jadi melebar hingga tengah malam, tapi semuanya dinikmati saja apalagi konsumsi-konsumsi terus mengalir dengan lancarnya. 

Untuk bedug kami buat mirip sekali dengan aslinya, bahkan dapat dipukul juga.
Untuk badannya kami memakai drum besi yang kemudian kami finishing dengan memakai penutup bilah-bilah bambu. Bambunya juga kemudian kami coating supaya tampilannya lebih oke. Untuk penutup atasnya (kulitnya) kami gunakan bahan imitasi (oscar) yang kami tarik dan kemudian ditali.

Untuk saung (yang cuma setengah itu) kami pakai bahan bambu tali yang kemudian dirangkai mempergunakan pasak dari bambu juga dan dipercantik dengan ikatan tali-tali ijuk hitam.

Untuk backdrop kita mempergunakan Digital Printing diatas Frontlite MMT dengan resolusi tinggi, dan kemudian kami pasangkan di frame yang terbuat dari besi kotak 4x2 dan 2x2 lalu memakai kaki dari besi siku (karena frame backdrop ini harus dapat berdiri mandiri).

Sementara untuk tampilan orang-orangnya kami memakai mannequin yang kemudian kami dandani dengan make up dan baju-baju yang sesuai dengan suasana lebaran di desa.
Akhirnya setelah 3 hari berkutat di workshop, membuat dan mempersiapkan hal-hal yang diperlukan dalam proses instalment, maka tibalah saatnya kami memasang dekorasi display tersebut di Lobby Gedung kantor Pusat Telkom Jl. Japati Bandung tepat pada schedule yang telah direncanakan dan diperintahkan pada kami. Thanks God.

Karena kami mulai mengurangi pemakaian styrofoam disetiap karya kami (nggak mau mewariskan racun pada anak cucu kelak !), maka kami memakai bahan-bahan yang natural, dan dapat dipakai ulang (reuse) dalam proyek ini, termasuk diantaranya kami membuat kolam lengkap dengan ikan dan pancuran bambu yang berbunyi (therapi untuk menghilangkan rasa stress barangkali ...), pohon kelapa asli (yang dibonsai), dan tanaman-tanaman lainnya yang tentunya asli juga.

Tanggal 31 Agustus 2010 jam 19.30 kami memulai proses instalment dan kurang lebih 9 jam kami berkutat di sana, membuat kotoran di sana-sini, minta air untuk bikin kopi dan curi-curi merokok dan semuanya dikerjakan dengan hati tenang. Konsumsi juga lancar karena tepat di seberang ada tenda nasi goreng yang buka 24 jam. Hmmm ... !

Karena kebetulan banyak karyawan telkom yang lembur maka di saat kami bekerja tersebut ada banyak komentar yang disampaikan pada kami. Rata-rata tanggapannya positif karena ini sesuatu yang baru untuk mereka "setelah bertahun-tahun serasa hidup di padang pasir katanya ... !". "Lebih membumi," yang lain bilang begitu, ada juga komentar yang lebih sekolahan "balancing untuk menandingi gambaran teknologi yang melekat pada telkom", dan karena di Bandung ada juga yang ngomong "an..@#$%&..ng, alus euy !".
Wah...wah...ngedenger komentar yang kaya gitu kita rasanya semakin giat dan makin perfeksionis, seperti habis dikasih exctacy deh rasanya ... semangat 45 !

Akhirnya pukul 04.00 tepat di tanggal 1 September 2010 kami dapat menyelesaikan proyek tersebut dan setelah membereskan dan membersihkan sisa-sisa perjuangan kami itu, kami segera angkat kaki sambil tak lupa say good bye ke seluruh Satpam yang "baik hati" itu. 

Syukur hingga acara Halal Bihalal Keluarga Besar Telkom 17 September 2010 tidak ada halangan berarti (kecuali pancuran mati karena saluran mampet), karena kami terus merawat dan memantau display tersebut tiap 2 hari sekali (termasuk di hari Lebaran ck...ck...). 


Segala rasa deg-degkan, cape, mau marah, letih langsung segera terobati saat begitu banyak pujian (sambil tentunya juga ada kritik disana-sini) dilemparkan kepada karya kami tersebut. Sebuah karya yang tercipta disaat tekanan kerja begitu hebat, sebuah karya yang tercipta dari sebuah lamunan .... 

Salam Damai selalu dari bumi design dan seni !